“Kafe langganan tutup? Kampret! WiFi ngadat? Tot! Seorang teman melakukan hal bodoh? Jirrrrr!”
Banyak generasi saat ini yang sering berujar umpatan dan melayangkan kata-kata kasar di setiap kesempatan. Sebenarnya, umpatan yang dilontarkan sebagai bentuk pelampiasan berguna untuk mengurangi rasa sakit, meningkatkan empati, membantu mengatasi amarah dan menurunkan kemungkinan kekerasan.
Mengumpat juga jadi salah satu media untuk mengakrabkandiri dengan orang lain. Mestinya tergantung pribadi masing-masing juga. Repotnya adalah, terkadang ada orang yang terus memupuk konflik batin, kepahitan atau kekecewaan di dalam hatinya. Dan pada satu titik, konflik yang nggak tertanggulangi tersebut akan ‘meledak’ yang pada akhirnya akan sangat menyakiti orang tersebut dan orang-orang yang ada di sekitarnya.
Nah, untuk mengurangi kebiasaan yang nggak terkendali ini, kamu bisa lakukan trik-trik berikut ini…
1. Hal pertama yang harus kamu lakukan adalah sadar diri jika kamu memang sering mengumpat
Yup, langkah pertama bisa kamu awali dari diri sendiri dulu. Coba bayangkan, bagaimana kamu akan berhenti mengumpat kalau kamu sendiri nggak sadar bahwa kamu sering melakukannya?
“Terlepas dari apapun motif dan manfaat yang didapatkan dari mengumpat, pada kenyataannya mengumpat itu bukan hal baik. Bahkan kebiasaan ini bisa memunculkan kesan bahwa kamu adalah orang yang kasar, nggak berpendidikan, asal-asalan, dan kesan-kesan negatif lainnya”.
Setelah kamu sadar bahwa kamu juga termasuk orang yang sering mengumpat, ambil waktu sejenak untuk merenung dan mempertimbangkan untuk mulai mengurangi kebiasaan tersebut.
2. Kamu harus temukan kapan kamu biasanya mengumpat berikut hal-hal yang menjadi pemicunya
Setiap orang punya faktor tertentu yang menjadi pemicu untuk mengumpat dan berkata kasar. Misalnya, saat menunggu antrian, kondisi macet, atau mungkin sesederhana menyapa orang. Catat dan ingat baik-baik kondisi-kondisi tersebut sebagai langkah awal supaya kamu lebih sadar akan aksi brutal yang kamu lakukan. Setelah kamu menyadarinya, mulailah untuk menjauh dari segala situasi yang bisa memicu emosi negatif untuk mengendalikan ucapanmu dengan lebih mudah. Atau, jika pemicu tersebut memang nggak terhindarkan, kamu harus benar-benar sadar untuk menahan diri setiap ingin mengumpat.
3. Cobalah untuk mengekspresikan dirimu dengan kosakata yang lebih luas dan membangun bagi dirimu maupun untuk orang lain
Jika sebelumnya kamu sudah mencatat kata-kata umpatan yang biasa kamu lontarkan, sekarang saatnya untuk menganalisa. Bahasa memiliki jutaan kata dan istilah lho. Kenapa nggak kamu coba mencari padanan kata yang lebih halus untuk mengeksresikan dirimu lebih akurat. Kamu pun perlu memahami makna kata yang kamu pakai. Beberapa kata umpatan memiliki arti yang kasar dan seringkali menyinggung perasaan orang lain, namun ada juga yang justru nggak kasar sama sekali. Makanya, hati-hati dengan pilihan kata yang kamu gunakan, ya!
“Misalnya, daripada kamu bilang, “Eh bangs*t, lihat-lihat dong kalau jalan!”, akan lebih enak didengar kalau kamu menggantinya dengan, “Mas/Mbak, lain kali hati-hati ya kalau jalan, biar nggak nabrak-nabrak begitu…”. Lihat dan rasakan, betapa bersih pikiran dan damainya hatimu saat berucap halus seperti itu”.
4. Mulailah dari hal kecil terlebih dahulu, agar kebiasaan barumu ini lebih mudah dilakoni dan semakin terbentuk
Mengubah kebiasaan itu nggak mudah. Melakukan hal mudah adalah cara terbaik untuk membentuk suatu kebiasaan baru. Salah satu caranya adalah dengan mengambil tempat atau situasi tertentu untuk mulai melakukan perubahan.
“Misalnya, kamu bisa mempraktikan upaya untuk nggak mengumpat sewaktu di jalanan atau depan teman-temanmu. Lakukan cara ini selama 1 minggu. Jika kamu mendapati dirimu mengumpat pada kondisi ini, coba ulangi kalimat yang kamu ucapkan tanpa kata makian”.
Memang kesannya konyol dan awkward, tapi ini menjadi cara mudah supaya kamu jadi lebih baik ke depannya.
5. Mintalah dukungan teman maupun orang-orang terdekat untuk mengingatkanmu saat kelepasan bicara
Jika kamu sudah melaksanakan tugasmu dalam berupaya untuk nggak mengumpat namun masih belum maksimal, nggak ada salahnya untuk meminta bantuan teman maupun orang-orang terdekat. Menceritakan masalah atau kesulitan pada mereka akan sedikit meringankan beban pikiranmu. Katakan kalau kamu ingin berhenti mengumpat dan meminta mereka untuk menegurmu jika kamu mulai kelepasan berkata kasar. Carilah teman yang jarang bahkan nggak pernah berkata kasar sebagai alarm. Biasanya dengan begitu, tanpa diingatkan pun kamu akan merasa enggan untuk berkata kasar lagi.
6. Hukum dirimu sendiri jika kedapatan mengumpat sebagai bentuk komitmen bahwa kamu bersungguh-sungguh
Buatlah aturan untuk mendukung komitmenmu menhilangkan kebiasaan mengumpat. Kamu bisa menghukum diri sendiri setiap kali kedapatan mengumpat. Misalnya dengan harus membayar uang denda sejumlah yang ditentukan setiap kali kamu keceplosan. Uang dendanya bisa kamu gunakan sebagai sumbanagan atau dana sosial. Selain sebagai hukuman, cara ini juga melatih kepekaan mentalmu untuk rela kehilangan uang, apalagi untuk disumbang.
7. Kebiasaan nggak akan hilang dalam sehari. Terus berjuang dan jangan menyerah sampai kamu jadi orang yang bebas umpatan
Meski kamu akan bertemu dengan orang-orang yang selalu membawa ‘emosi yang negatif’ melalui cara bicara yang mereka gunakan, pastikan kamu terus mengikuti hati nurani yang akan mengingatkan dan menjagamu untuk terus memiliki emosi serta perkataan yang positif. Mungkin butuh waktu seminggu sebelum kebiasaan barumu terbentuk, bahkan mungkin bisa setahun saking keseringannya. Saat kamu sudah konsisten mendengarkan setiap arahan hati nurani dalam dirimu, maka dengan mudah kamu bisa meninggalkan kebiasaan mengumpat.
8. Sedikit bicara lebih utama, maka lebih baik diam daripada kata-kata yang kamu keluarkan memicu umpatan
Orang yang senang berbicara akan lebih sulit mengendalikan diri dari kesalahan. Kata-kata yang terlontar layaknya air mengalir yang akan menghanyutkan apa saja yang diterjangnya, seringnya nggak terasa ketika meluncurkan kata-kata yang positif maupun negatif. Maka, untuk menghindarkanmu dari umpatan dan kata-kata kasar, akan lebih baik jika kamu diam saja. Diam dalam hal ini adalah untuk menahan diri, bukan untuk mengakumulasi kejengkelan yang nantinya bakal diledakkan.
Ada banyak alasan kenapa kamu harus mengontrol gaya berbahasamu, antara lain adalah untuk meningkatkan kualitas hubungan dengan orang lain dan juga menghargai dirimu sendiri. Saat kamu terus konsisten menjaga kebiasaan untuk nggak mengumpat, maka hidupmu akan memberikan energi positif pada orang-orang yang kamu jumpai. Bahkan jika dilakukan dengan hanya mengucapkan ‘selamat pagi’.